LAPORAN
KASUS
FRAKTUR PADA OS HUMERUS
DISUSUN
OLEH:
Nama : Windi
Safitri
Kelas : A
Semester : I (satu)
Akademi
Teknik Radiodiagnostik dan Radioteraphy (ATRO)
Muhammadiyah
Makassar
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena
atas kesempatan, berkat dan rahmatnyalah sehingga dapat diselesaikannya
pembuatan laporan kasus “FRAKTUR PADA OS HUMERUS”. Laporan ini merupakan tugas dari pembimbing
lab di Universitas Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radiotherapy Muhammadiyah
Makassar. Serta ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan
dalam laporan ini, oleh karena itu diharapkan kemakluman dan saran dari pihak
pembaca agar kedepannya laporan ini dapat diperbaiki sebagaimana mestinya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama diri saya pribadi
selaku pembuat.
Demikian laporan ini dibuat, segala
kekurangan didalamnya datang dari saya pribadi dan apabila terdapat kesalahan
dalam penyusunan kata mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Makassar, 29 Oktober 2014
penulis
Daftar Isi
Bab 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Teknik
radiografi adalah suatu cara untuk mendapatkan pencitraan dari objek yang
difoto dengan menggunakan gelombang panjang (sinar-x) guna untuk menegakkan
suatu diagnosa.
Kasus
yang biasa ditemui dalam melakukan teknik radiografi yaitu fraktur, dislokasi
(bergesernya tulang dari tempat yang semestinya), corpus alienum (benda asing),
dan kelainan patologi (kelainan suatu penyakit untuk beberapa organ
berpasangan). Dalam laporan ini, kita akan membahan mengenai kasus fraktur,
khususnya fraktur pada os humerus.
Fraktur
adalah adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing
Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap oleh tulang. Kemudian dalam kasus
fraktur dikenal juga patah tulang tertutup yang diman Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000,
diungkapkan bahwa patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur
yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi
(Handerson, M. A, 1992).
Jadi
fraktur pada os humerus adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang pada os
humerus yang umumnya disebabkan oleh benturan yang keras.
B.Dasar Teori
Pembahasan Anatomi
Humerus adalah tulang lengan panjang
yang kokoh, yang membentang dari bahu ke siku. Anatomi humerus terutama terkait
dengan poros, ujung atas dan ujung bawah. Ujung atas membentuk sendi bahu bulat
dan berartikulasi dengan glenoid rongga. Ujung bawah tidak teratur dalam bentuk
karena untuk mendukung berbagai gerakan, seperti siku menekuk (fleksi), rotasi
(pronasi dan supinasi ). ujung bawah juga disebut kondilus humeri,
berartikulasi dengan radius tulang serta tulang ulna untuk membentuk sendi
siku. Beberapa otot-otot penting lengan berasal baik atau melampirkan pada
poros tulang humerus, seperti brachalis, trisep, dan sebagainya, yang
memberikan gerakan pada siku dan sendi bahu.
Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput
(ujung atas), korpus, dan ujung bawah.
1.
Kaput
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.
2. Korpus
Sebelah atas berbentuk silinder tapi
semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas
pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot
deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang,
dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis
atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.
3. Ujung Bawah
Berbentuk lebar dan agak pipih
dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea
yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat
persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi
dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat
epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)
+Gambar anatomi os humerus
C.Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui teknik pemeriksaan terhadap os humerus khususnya untuk mengetahui
teknik pemeriksaan os humerus pada kasus fraktur.
D.Tujuan Pemeriksaan
1. Untuk
mengetahui struktur os humerus dengan proyeksi tertentu.
2. Untuk
mengetahui kelainan tertentu pada os humerus
3. Untuk
membantu menegakkan diagnosa pada penderita fraktur.
E.Indikasi Pemeriksaan
1. Fraktur
2. Dislokasi
3. Corpus
alienum (benda asing)
4. Kelainan
patologi
Bab II
Teknik Radiografi / Teknik Pemeriksaan
A.Persiapan Alat dan Bahan
·
Pesawat x
ray
·
Kaset 24x30cm
·
Film yang
digunakan adalah film 24x30cm
·
Marker
·
Labeling
·
Processing
otomatis
B.Teknik Radiografi
1.
Proyeksi AP
·
Posisi
Pasien : Pasien
supine diatas meja pemeriksaan,
·
Posisi Obyek
: Lengan
atas dan lengan bawah lurus dan memanjang pada pertengahan kaset, dengan elbow
dan shoulder joint termasuk ke dalam kaset dan diatur true anterior posterior.
·
CR : Tegak lurus terhadap
kaset.
·
CP : Pada pada pertengahan os humerus
·
FFD : 90
cm – 100 cm
·
Faktor
eksposi
-
kV : 48
-
mAs :
1.8
·
Kriteria gambaran : tampak proyeksi Ap dari Humerus yang memanjang
2. Proyeksi Lateral
·
Posisi
Pasien : Pasien supine
diatas meja pemeriksaan.
·
Posisi Obyek
: Lengan
endorotasi sehuingga telapak tangan menghadap kemedial elbow joint flexio.
Kaset horizontal jika pasien supine dan kaset vertical jika pasien erect. Atau Tangan diletakkan di pinggang,
sehingga sendi siku membentuk sudut.
·
CR
: Tegak lurus kaset
·
CP : Pada
pertengahan os umerus
·
FFD
: 90 cm – 100 cm
·
Faktor
eksposi :
·
-
kV : 48
·
-
mAs : 1.8
·
Kriteria
gambaran : Tampak gambaran lateral caput humerus.
a. Gambar
Proyeksi AP b.
gambar Proyeksi Lateral
3.
Proyeksi Transthoracic Lateral ( Metode Lawrence )
Digunakan
apabila lengan atas tidak bisa di abduksi untuk proyeksi lateral
• Film : 18 x 24cm / 24 x 30cm + grid
• PP : Berdiri atau duduk menyamping
• PO : Lengan yang dipriksa menempel kaset. Angkat lengan yang tidak diperiksa diletakkan di atas meja.
• CR : Horisontal tegak lurus kaset
• CP : Pertengahan obyek yang diperiksa
• FFD : 90cm
• Exposi pada saat full inspirasi dan tahan napas untuk mempertahankan kontras dan menurunkan faktor eksposi
• Struktur yang terlihat : Tampak ½ - 2/3 proksimal humerus dalam proyeksi lateral dan melewati thorax.
• Film : 18 x 24cm / 24 x 30cm + grid
• PP : Berdiri atau duduk menyamping
• PO : Lengan yang dipriksa menempel kaset. Angkat lengan yang tidak diperiksa diletakkan di atas meja.
• CR : Horisontal tegak lurus kaset
• CP : Pertengahan obyek yang diperiksa
• FFD : 90cm
• Exposi pada saat full inspirasi dan tahan napas untuk mempertahankan kontras dan menurunkan faktor eksposi
• Struktur yang terlihat : Tampak ½ - 2/3 proksimal humerus dalam proyeksi lateral dan melewati thorax.
4.
Proyeksi Lateral Decubitus
·
Posisi pasien : Tidur miring (lateral), dengan
tepi yang tidak difoto dekat meja pemeriksaan
·
Posisi objek : Os humerus lurus di samping tubuh,
articulatio cubiti full fleksio, ossa manus prone didepan articulatio humeri
dari tepi yg difoto. Kaset horizontal diletakkan di antara os humerus dan tubuh
dengan salah satu tepinya sejauh mungkin masuk ke dalam pangkal os
humerus diatur memanjang pada garis tengah film , dengan articulatio
cubiti termasuk kedalamnya, ossa antebrachi prone diatas kaset
FFD : 90 cm – 100 cm
FFD : 90 cm – 100 cm
·
CR : tegak lurus bidang film
·
CP : pertengahan os humerus
C.Hasil Pemeriksaan dan Analisis Gambar
1.
Fraktur Humerus Proksimal
Fraktur humerus
proksimal umumnya karena jatuh pada bahu dan bisa disertai dengan dislokasi
bahu. Ini adalah cedera yang umum pada wanita lanjut usia bahkan setelah jatuh
sepele karena osteoporosis pasca menopause. Karena sifat cancellous tulang
humerus di bagian ini (seperti spons), tulang bagian ini dapat ada dapat runtuh
dan terdeformasi bersama dengan fraktur, hal ini menyebabkan perlunya reformasi
tulang pada saat pengobatan.
2.
Fraktur
Midshaft Humerus
Fraktur
midshaft humerus sebagian besar terjadi setelah jatuh pada siku atau kecelakaan
di jalan. Saraf radialis berjalan sangat dekat ke bagian tulang humerus
sehingga dapat terluka karena trauma primer, atau karena terjebak antara ujung
tulang retak, atau bahkan selama pengobatan. Oleh karena itu, perawatan harus
dilakukan di setiap langkah untuk memastikan integritas dari saraf radial dan
bahkan kecurigaan sekecil apapun terhadap kelumpuhan saraf radialis harus
diikuti oleh eksplorasi pembedahan.
3.
Fraktur Humerus Distal
Fraktur humerus distal dapat berupa fraktur humerus
suprakondilaris atau fraktur humerus condylar. Sebuah fraktur humerus
suprakondilaris berada di persimpangan Kondilus (ujung bawah) dan poros, dan
patah tulang siku yang paling umum pada anak-anak. Sebuah fraktur condylar adalah
fraktur humerus parah yang umumnya terjadi karena cedera kecepatan tinggi,
seperti kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian. Kecelakaan seperti ini
sering mengakibatkan siku tidak stabil bahkan setelah operasi dan sering
memerlukan suatu operasi siku pengganti untuk mendapatkan kembali fungsi siku.
Bab III
Penutup
A.Kesimpulan
Teknik
radiografi adalah suatu cara untuk mendapatkan pencitraan dari objek yang di
foto dengan menggunakan gelombang panjang (sinar-x) guna untuk menegakkan
diagnosa. Teknik radiografi dilakukan untuk mendiagnosa berbagai macam
kelainan, termasuk fraktur pada os humerus.
Fraktur tulang Humerus atau patah
tulang humerus adalah cedera yang sangat serius. Fraktur ini dikaitkan dengan beberapa
komplikasi dan bisa menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik. Sebuah
kecelakaan jatuh dengan tumpuan siku atau lengan cukup untuk menyebabkan
fraktur humerus untuk orang yang sudah tua. Hal ini juga terlihat pada orang
muda setelah kecelakaan di jalan atau jatuh dari ketinggian atau cedera
langsung ke lengan di tempat kerja. Kadang-kadang juga disertai dengan
dislokasi siku atau sendi bahu.
B.Saran-Saran
1. Karena
sebuah
tulang humerus retak cenderung tetap di tempat karena gaya gravitasi di lengan
menggantung menjaga keselarasan. Namun, fungsi dukungan tulang lengan ini untuk
gerakan lain sangat terganggu, menyebabkan nyeri tulang yang parah bila mencoba
gerakan di bahu atau sendi siku. Bengkak, memar, dan kengiluan dapat diterjadi
2-3 jam setelah cedera. Pada saat ini fraktur humerus dengan cedera saraf
radial, seseorang tidak mampu untuk mengangkat pergelangan tangan (pergelangan
tangan terkulai). Sebuah tes medis untuk kelumpuhan saraf radialis adalah
ketidakmampuan untuk melakukan acungan jempol. Jadi, apabila terdapat
gejala-gejala tersebut, maka segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
meminta pertolongan kepada tenaga medis.
2. Kepada
tenaga radiografer yang menangani kasus-kasus fraktur dalam hal bahasan ini
fraktur pada humerus, sebaiknya berhati-hati dalam memposisikan objek, tetap
memperhatikan kenyamanan pasien.
3.
Dan dalam melakukan teknik radiografi tetap
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja terutama
terhadap radisi sinar-x.
0 komentar:
Posting Komentar