Makalah Teknik Pesawat Radiografi
Kolimator Sebagai Pembatas Area Penyinaran
Disusun Oleh :
Kelompok : 7
·
Irayanti (14027)
·
Muhammad Akbar (14032)
·
Novita Catur Wulandari (14037)
·
Siti Mariama (14042)
·
Windi safitri (14047)
Kelas : A
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioteraphy (ATRO)
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT karena atas kesempatan, berkat dan rahmatnyalah sehingga
dapat diselesaikannya pembuatan makalah yang berjudul “KOLIMATOR SEBAGAI PEMBATAS AREA PENYINARAN” ini. Makalah ini merupakan tugas dari dosen Teknik
Pesawat Radiografi di Universitas Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radiotherapy (ATRO) Muhammadiyah Makassar sebagai pelengkap dalam proses
belajar mengajar. Serta ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu diharapkan
kemakluman dan saran dari pihak pembaca agar kedepannya makalah ini dapat
diperbaiki sebagaimana mestinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama diri kami pribadi selaku pembuat.
Demikian
makalah ini dibuat, segala kekurangan didalamnya datang dari kami pribadi dan
apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan kata mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Makassar,
7 April 2015
penulis
Bab 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Radiologi Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk
melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang,
baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Salah satunya dengan
pemanfaatan sinar-x.
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem
sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk
menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap
kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X diagnostik
yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel
kontrol, tabung sinar-X, kolimator, dan tiang penyanggah tabung.
Dalam makalah ini, akan dibahan salah satu bagian
dari pesawat sinar-x yaitu kolimator yang berfungsi sebagai pembatas area
penyinaran.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami ajukan dalam makalah ini
yaitu :
· kolimator pesawat sinar-x dan permasalahannya.
C.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan
yaitu:
·
Untuk mengetahui tentang kolimator
pesawat sinar-x dan permasalahannya.
Bab II
KOLIMATOR SEBAGAI PEMBATAS AREA PENYINARAN
A.Kolimator Pesawat Sinar-X
1.fungsi Kolimator Pesawat Sinar-X
Kolimator
merupakan salah satu bagian dari pesawat sinar-X yang memiliki fungsi
untuk pengaturan besarnya ukuran lapangan radiasi.
2.Komponen Kolimator Pesawat Sinar-X
Kolimator pesawat sinar-x memiliki beberapa
komponen yaitu :
·
lampu
kolimator
·
plat
timbal pembentuk lapangan
·
meteran
untuk mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke film
·
tombol
untuk menghidupkan lampu kolimasi
·
dan
filter Aluminium (Al) dan/atau tembaga (Cu) sebagai filter tambahan.
Setiap
pesawat sinar-X dapat memiliki bentuk dan disain kolimator yang berbeda namun
secara garis besar komponen kolimator seperti yang sudah disebutkan.
Gambar.1 Kolimator
Pesawat Sinar-X untuk radiografi umum
B.Uji Kesesuaian Kolimator Pesawat Sinar-X
Sesuai
dengan Peraturan Kepala (PERKA) BAPETEN No. 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesuaian
pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Pasal 5, kolimasi
merupakan salah satu parameter yang harus diuji dan merupakan salah satu
parameter utama uji kesesuaian. Maksud dari parameter utama ini adalah
parameter yang secara langsung mempengaruhi dosis radiasi pasien dan menentukan
kelayakan operasi pesawat Sinar-X.
Uji
kolimasi dalam perka tersebut meliputi 2 (dua) komponen, yaitu: iluminasi dan
selisih lapangan kolimasi dengan lapangan berkas radiasi.
Berikut
ini disampaikan salah satu cara untuk menguji tingkat iluminasi (kuat cahaya)
dan kesesuaian berkas radiasi dengan lapangan kolimasi.
1.Pengujian Tingkat Iluminasi (Kuat Cahaya)
a.Tujuan
memastikan
bahwa lampu kolimator mempunyai kuat cahaya atau tingkat kecerahan yang cukup
untuk menunjukkan bidang berkas sinar-X dan secara mudah terlihat di bawah
kondisi pencahayaan ruangan.
b.Persyaratan
sesuai
dengan Perka BAPETEN No. 9/2011, Tingkat iluminasi dari lampu kolimator tidak
boleh kurang dari 100 lux pada jarak fokus – film 100 cm.
c.Metode Pengukuran
· alat ukur: light meter /
iluminasi meter
· dengan kolimasi terbuka penuh,
nyalakan lampu kolimator.
· Posisikan light meter pada jarak 100
cm dari fokus.
· Ukur kuat cahaya pada tiap kuadran
dari bidang kolimator untuk menentukan keseragaman intensitas
cahaya. Catat iluminasi tiap kuadran dan hitung iluminasi rata-rata.
· Ukur kuat cahaya latar (background)
dengan kondisi lampu ruang pesawat Sinar-X nyala dan lampu kolimator mati.
Catat iluminasi latar.
· Hitung tingkat iluminasi dengan
mengurangkan kuat cahaya rata-rata dengan latarnya.
· Bandingkan dengan persyaratannya.
2.Pengujian Kesesuaian Berkas Radiasi Dengan Lapangan Kolimasi
a.Tujuan
Memastikan
dalam batas yang dapat diterima bahwa bidang berkas sinar-X kongruen dengan
bidang cahaya kolimator.
b.Persyaratan
Apabila
terjadi penyimpangan maka harus memehuhi
persyaratan bahwa penyimpangan bidang cahaya kolimator dengan berkas
sinar-X bagian horizontal (∆x) maupun vertikal (∆y) tidak
boleh melebihi 2% dari jarak fokus ke bidang film/citra dan total
penyimpangan dari bidang horizontal dan vertical (|∆x| + |∆y|) tidak
boleh melebihi 3% dari jarak fokus ke bidang film.
c.Metode pengukuran
· alat ukur yang digunakan
adalah collimator test tool, yang terdiri dari satu
plat dengan garis berbentuk empat persegi panjang (rectangular) yang
tidak tembus radiasi (radioopaque) dan sebuah silinder dengan bola
baja di bagian tengah setiap dasarnya yang tidak
· tembus radiasi. Jika gambar yang ada
di bola atas overlap dengan gambar yang ada di bola bawah, maka penyimpangannya
<= 0,50; jika gambar dari bola atas ada pada lingkaran dalam
maka penyimpangannya = 1,50 dan untuk lingkaran terluar
penyimpangannya = 30.
· Pastikan pesawat sinar-X sudah siap untuk pengujian, yaitu:
sudah dilakukan warm-up.
· Posisikan fokus tabung sinar-X tegak lurus menghadap ke meja
pasien. Untuk memastikan posisi tabung horizonal dapat digunakan water
pass.
· Posisikan plat rectangular di atas kaset yang berisi film
ukuran 20 cm x 25 cm atau lebih besar pada jarak yang telah
ditentukan, yaitu 100 cm dari fokus. Gunakan meteran untuk memastikan
jarak pengukuran tepat.
· Silinder ditempatkan pada plat tepat di bagian tengah.
Setting alat seperti pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar
2. Setting pengujian kongruensi kolimasi
· Meja pasien harus horizontal dan
tegak lurus dengan tabung sinar-X. Untuk memastikan posisi tabung horizonal
dapat digunakan water pass.
·
Kolimator diatur sedemikian rupa
sehingga bidang lampu kolimator sebangun dengan garis rectangular yang ada di
plat seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Bidang lampu sebangun dengan garis rectangular
· Kalau bidang lampu tidak sebangun
dengan garis rectangular maka catat penyimpangannya.
· Kemudian dilakukan penyinaran dengan
kondisi diatur pada nilai sekitar 50 - 60 kVp, dan 3 -
8 mAs atau disesuaikan dengan kondisi pesawat sinar-X untuk
penyinaran ekstrimitas.
· Interprestasi citra yang diperoleh
dari film memberikan informasi nilai ketidaksesuaian dengan melihat garis
rectangular sebagai identitas kolimasi dan berkas radiasi yang menembus film
(Gambar 4).
Gambar 4. Hasil uji kongruensi kolimasi
· Sesuai dengan persyaratan, batas
toleransi maksimum kongruensi kolimasi adalah (X1+X2), (Y1+Y2) tidak boleh
lebih dari 2% jarak fokus – film dan [(X1+X2) + (Y1+Y2)] tidak boleh lebih dari
3%. Apabila salah satu persyaratannilainya melebihi batas toleransi tersebut
maka berkas radiasi dinyatakan tidak kongruen dengan bidang lampu kolimator.
Gambar
5. Penyimpangan ketegaklurusan berkas radiasi
· Penyimpangan ketegaklurusan berkas
seperti terlihat pada Gambar di atas dapat dihitung menggunakan
persamaan , dengan r = panjang penyimpangan (cm), t = panjang
silinder (cm), dan FFD = jarak fokus – film (cm).
Kalau
kita perhatikan mengenai prosedur pengujian kolimasi di atas, ada satu
parameter yang tidak dipersyaratkan di Perka BAPETEN No. 9/2011, yaitu
ketegaklurusan berkas radiasi. Namun, pada Lampiran III Perka tersebut
mempersyaratkan harus memiliki alat ukur ketegaklurusan berkas.
Selanjutnya,
ada beberapa hal yang penting untuk dicatat dan diingat mengenai peran
pentingnya water pass. Biasanya sering terabaikan dan terlupakan. Water pass
fungsinya untuk mengukur tingkat kedataran suatu permukaan. Bagaimana kalau
diukur dengan water pass tidak sesuai? Kalau tabung pesawat yang tidak sesuai
water pass-nya maka diatur tabungnya sehingga pass ukuran water pass-nya.
Kemudian jika meja pasiennya yang tidak sesuai maka kalau meja pasiennya bisa
diatur kemiringannya maka diatur disesuaiakan kedatarannya dengan water pass.
Kalau meja pasien tidak dapat diatur kemiringannya maka sebaiknya pengukuran
dilakukan dengan alas lantai ruangan. Mayoritas lantai ruangan sudah sesuai
kedatarannya. Kemudian pasang kasetnya di atas lantai atau meja pasien, dan
ukur kembali kedatarannya dengan water pass. Biasanya ada beberapa kaset yang
mengalami penyimpangan kedataran. Kalau kasetnya kurang datar maka bisa di atur
dengan menyelipkan kertas atau benda tipis di bawah kaset sehingga datar.
Kemudian tak lupa juga plat rektangularnya dipastikan tidak melengkung, harus
datar. Terakhir pastikan juga bahwa tabung silinder juga datar.
Setelah
setting yang dilakukan benar dan tepat, maka dilakukan penyinaran dan analisis
film. Jika ditemukan penyimpangan yang melebihi persyaratan Perka BAPETEN No.
9/2011 maka tindakan selanjutnya adalah perbaikan.
C. Permasalahan Yang Sering Dihadapi Pada Kolimator Pesawat Sinar-X
1.Penyimpangan Iluminasi
Pada
pengujian iluminasi sering ditemui bahwa iluminasi kurang dari 100 lux. Bahkan
ada standar Negara lain harus lebih besar 160 lux. Kalau terjadi penyimpangan
tersebut maka solusinya harus diperbaiki dengan penggantian lampu kolimasi.
Apakah sesederhana itu solusinya? Itu adalah solusi cepat yang sering kita
sampaikan, memanggil teknisi untuk mengganti lampu.
Ada
beberapa hal yang ditemui ditemui saat melakukan pengukuran iluminasi, kondisi
seperti:
a. Pengukuran iluminasi latar sering
terpengaruh oleh isban-bayang kita. Jadi harus diingat jangan menghalangi sinar
lampu ruangan isband alat ukur iluminasi. Sehingga tidak ada kontribusi
penyimpangan dari personil penguji.
b. Posisi lampu ruangan terhalang oleh
tabung pesawat dan penyangganya. Kondisi pengukuran dilakukan di atas meja
pasien atau di lantai. Sehingga dapat mempengaruhi iluminasi latar yang
terukur. Seharusnya iluminasi latar tinggi karena terhalang jadi rendah.
Hasilnya, seharusnya tidak lolos jadi lolos uji.
c. Tingkat iluminasi tiap kuadran
menunjukkan perbedaan yang signifikan, seperti kuadran bagian dalam lebih besar
tingkat iluminasinya dibanding dengan bagian luar.
Gambar
6. Hasil Pembacaan tingkat iluminasi
d. Saat mengukur iluminasi, nilai yang keluar di alat ukur
memiliki tingkat variasi yang tinggi, berubah-ubah dengan cepat. Sehingga
memerlukan ketelitian untuk menentukan nilai yang dipilih.
2.Penyimpangan Lapangan Kolimasi Dengan Berkas Radiasi
Terjadinya
penyimpangan lapangan kolimasi dapat disebabkan oleh kolimator yang pernah
dibongkar karena perbaikan atau penggantian lampu kolimator, kolimator sering
diputar-putar, dan adanya goncangan sehingga terjadi pergeseran plat timbal
dan/atau cerminnya. Penyimpangan lapangan kolimasi dapat diperbaiki dengan
mengatur posisi kemiringan cermin dan/atau dengan mengatur posisi plat timbal
atau diserahkan pada teknisi yang berpengalaman.
3.Penyimpangan Ketegaklurusan Berkas Radiasi
Jika
terjadi penyimpangan lapangan kolimasi biasanya diiringi dengan penyimpangan
ketegaklurusan berkas. Ilustrasinya seperti gambar 7 di bawah ini. Penyimpangan
ini dapat disebabkan oleh posisi kolimator yang berubah atau rotasi tabung
sinar-X yang memiliki tingkat kedataran rendah
.
Gambar
7. Ilustrasi pengukuran ketegaklurusan berkas radiasi
Besarnya
sudut dce sebanding dengan sudut aeb dan diindikasikan dengan lambang θ.
Besarnya penyimpangan ketegaklurusan berkas dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini.
Dari
ke-3 penyimpangan yang terjadi pada kolimasi, pemanggilan petugas perbaikan
oleh pihak pemilik pesawat sinar-X merupakan hal yang lumrah dilakukan. Namun
setidaknya sebelum memanggil petugas perbaikan, terlebih dahulu dilakukan
pengecekan secara fisik oleh radiografer dan teknisi. Pengecekan yang tersebut
dapat berupa pengecekan tingkat kedataran, pengecekan posisi kolimator,
pengecekan rotasi tabung, dll.
Pada
saat perbaikan, misal penggantian lampu kolimasi, harus diperhatikan cara
membuka dan mengganti lampu kolimasi dengan benar sehingga tidak menimbulkan
penyimpangan lainnnya. Awalnya hanya tingkat iluminasinya yang kurang dan
setelah dilakukan penggantian lampu justru menimbulkan penyimpangan lain
seperti ketidaksesuaian lapangan kolimasi dengan berkas radiasi dan
ketegaklurusan berkas radiasi.
Gambar 8. Kolimator yang
dapat diputar
D.Filtrasi (Filtration)
Filtrasi
merupakan indikator yang menunjukkan kualitas berkas radiasi akibat proses
atenuasi berkas radiasi pesawat sinar-X yang keluar dari tabung karena adanya
bahan penghalang atau filter dan biasanya ditunjukkan dalam satuan ekivalen mm
Al.
Pada
pesawat sinar-X, filtrasi ada dua macam yaitu filtrasi bawaan (inherent
filtration) dan filtrasi tambahan (added filtration). Kadang
istilahnya sama yaitu inherent filtration. Cara membedakan jika
istilahnya sama adalah dengan mencatat inherent filtrationpada
label tabung dan inherent filtration pada label kolimator.Inherent
filtration yang ada di label kolimator itulah yang disebut
dengan added filtration.
Pembahasan
filtrasi lebih jauh akan dilakukan saat kita membicarakan masalah kualitas
berkas radiasi.
Komponen
lain yang ada dalam kolimator selain yang telah dibahas di atas adalah filter.
Filter yang dimaksud ini sering disebut dengan filter tambahan (added filter).
Karena berupa filter tambahan maka filter ini biasanya dapat diatur
penggunaannya. Ada beberapa pesawat sinar-X yang filter tambahannya tidak dapat
diatur pemilihannya. Namun sering kita temui untuk pesawat sinar-X yang baru
kita mendapati bahwa filter tambahan itu data diatur sesuai penggunaannya. Oleh
karenanya sering kita mendengar atau mendapati kalau mau melakukan pengukuran
kualitas berkas radiasi maka filter tambahannya di nol-kan dulu.
Gambar 9. filter tambahan yang dapat di atur
Gambar 10.
Label yang tertera pada kolimator untuk mengidentifikasi spesifikasi kolimasi
Bab III
Penutup
A.Kesimpulan
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem
sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk
menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap
kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X
diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan
tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, kolimator,
dan tiang penyanggah tabung.
Kolimator merupakan salah satu komponen terpenting
dari pesawat Sinar-X. Kolimator memiliki fingsi sebagai pembatas area
penyinaran (kolimasi). Bagian-bagian utama dari kolimator pesawat sinar-X yaitu
lampu kolimator, plat timbal pembentuk lapangan, meteran untuk mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke
film, tombol untuk menghidupkan lampu kolimasi, dan filter Aluminium (Al)
dan/atau tembaga (Cu) sebagai filter tambahan.
Permasalahan
yang sering di jumpai pada kolimator pesawat sinar-X yaitu penyimpanagn
iluminasi, penyimpangan lapangan kolimasi dengan berkas radiasi, penyimpangan
ketegaklurusan berkas radiasi. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
tersebut, dapat dilakukan pengujian kolimator pesawat sinar-X dengan cara
antara lain : menguji tingkat iluminasi (kuat cahaya) dan menguji kesesuaian
berkas radiasi dengan lapangan kolimais.
B.Saran-Saran
Jika terdapat permasalahan pada kolimator pesawat
sinar-X, maka sebaiknya dilakukan pengujian terhadap kolimator tersebut sesuai
dengan prosedur pengujian kolimator yang sidah ada, dan jika memang terdapat
masalah maka sebaiknya segera dilakukan tindakan penanggulangan masalah
tersebut agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan yang lebih fatal.
Daftar Pustaka
·
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87472-Selayang%20Pandang%20Radiologi-Pesawat%20Sinarx.html
0 komentar:
Posting Komentar